sumber sendiri, teknologi berjalan beriringan dengan waktu |
Teknologi jika dilihat secara bahasa, harusnya adalah sebuah anugerah buat manusia, entah apapun dan siapapun yang jadi obyek dari teknologi tersebut, pihak yang harus diuntungkan, harusnya manusia. Kenapa? karena yang membuat teknologi ini adalah manusia, manusialah yang diberikan akal dan kepintaran oleh Tuhan untuk dapat membuat teknologi. Namun karena zaman yang berkembang, teknologi yang harusnya menguntungkan semua manusia, bisa saja hanya menguntungkan sekelompok manusia saja, tergantung pembuat atau tergantung orang yang minta dibuatkan.
Teknologi gadget misalnya, kembali sekitar 10 tahun lalu dimana orang merasa cukup dengan sekedar telepon genggam, atau semakin keren dengan RBT dan nada dering polyphonic dan merasa mewah dengan fitur foto dan video. bandingkan dengan era smartphone. Berbicara anugerah dan kutukan, dari jaman telepon genggam dan smartphone saja kita bisa beropini macam-macam.
Mulai dari nyamannya berkomunikasi dengan tarif lebih murah menggunakan smartphone karena cukup membeli paket data, komunikasi bisa lancar meski beda benua. Smartphone dengan sejuta fungsi didalamnya yang bisa dibawa kemana-mana, juga memberikan banyak manfaat dijaman yang menuntut setiap orang bisa mobile dan memanfaatkan waktu disela-sela kesibukan yang super gila.
Tapi dari sudut pandang yang lain, orang akan beropini berbeda, dengan fitur yang semakin kaya, orang-orang jaman sekarang seperti terasing dari dunia sekitarnya karena hanya terpaku dengan gadget. Interaksi sosial tidak lagi seperti dulu, mungkin ada interaksi sosial didunia maya, tapi jelas beda dengan yang terjadi didunia nyata, merasa bebas didunia maya, kikuk ketika bertatap muka. Atau mungkin ada orang tua yang semakin mengeluhkan ketergantungan anaknya terhadap gadget, dan lain sebagainya.
Berbicara pada lingkup yang lebih luas, ada yang mengatakan era teknologi yang semakin maju pada jaman sekarang bisa memberikan banyak peluang pada berbagai macam startup untuk tumbuh, belum lagi toko online yang mampu menolong banyak orang. Namun bagi yang tidak tahu, apa bisa dikata, mereka hanya semakin tertinggal ditengah-tengah persaingan, dan itu nyata terjadi ditengah-tengah masyarakat. Kita bisa men-judge 'salah sendiri tidak mau belajar', yah, mungkin itulah kutukan teknologi, kutukan buat mereka yang tidak mau atau mungkin sudah tidak bisa mengenalnya.
Kutukan bukan berarti harus mengorbankan teknologi, karena dibalik kutukan itu ada banyak anugerah yang didapatkan oleh pihak yang memang diuntungkan oleh teknologi tersebut. Itu berarti kita harus kembali melihat baik buruk dari teknologi tersebut, dan seberapa besar toleransi kita terhadap efek negatif yang ditimbulkannya, serta seberapa tanggap pihak terkait untuk memberikan solusi dari berbagai masalah-masalah itu.
Ambil contoh, teknologi saat ini memungkinkan kita untuk mendapatkan jasa angkutan dengan lebih cepat dan fleksibel, namun diluar teknologi tersebut (golongan yang bisa jadi anti teknologi atau bahkan tidak sanggup belajar hal baru) pasti merugi. Disinilah peran pihak yang terkait, karena kutukan teknologi ternyata bisa melebar, mulai dari konflik kecil hingga yang menimbulkan korban jiwa, sumbernya satu, teknologi.
Masalah kecil? Bagaimana dengan teknologi perang, ketika dua negara besar yang sama-sama bersaing membuat senjata super canggih, itu juga masih teknologi. Teknologi jangan disalahkan, iya, memang semua tergantung pada niat atau maksud dari terciptanya teknologi tersebut. Toh, teknologi jika dimanfaatkan sebaik-baiknya malah akan menguntungkan kita sendiri.
Memang, teknologi adalah anugerah, karena tujuan dibuatnya untuk memudahkan manusia, dalam segala macam urusan, mau teknologi pertanian, komunikasi, persenjataan, industri dan sebagainya. Tapi didalamnya ada kutukan, karena teknologi apapun ditangan yang salah, akan menjadi salah, dan kita berharap teknologi dibuat untuk kebaikan.
Anugrah bagi yang bijaksana. Kutukan bagi yang tidak mau belajar.
ReplyDeletebisa jadi tidak mau belajar, bisa jadi teknologinya mahal, bisa jadi kurangnya partisipasi dari yang tahu agar yang tidak tahu jadi tahu.
Deleteyang terpenting yang mengendalikan teknologii itu yang harus soleh kang. heehehhe
ReplyDeletebetul betul, makanya jangan jadi muslim yang buta akan teknologi bang
Deletepernah tidak berfikir bahwa teknologi memperbudak kita?
ReplyDeletesemula saat kuliah belajar baca buku catatan, sekarang hanya tinggal minta ke google muncul jawaban,,,,
sepertinya kita diperbodoh halus :(
kita tidak diperbodoh kok bang, toh teknologi kita yang buat, hanya saja seberapa bijak kita menyikapinya, pernah nonton film Wall-E?
Deleteyup... semua tergantung penggunana yah... hrs dimanfaatkan secara bijak...
ReplyDeletebetul sekali
DeleteTeknologi mengikuti perkembangan zaman, Kalau salah di gunakan bisa menjadi kutukan...
ReplyDeleteDi perusahaan sekarang banyak yang pakai robot. menguntungkan buat pemilik perusahaan, dan merugikan masyarakat karena minimnya lapang pekerjaan...
tergantung sudut pandang siapa dulu kalau soal penggunaan mesin, bisa ada masyarakat yang untung bisa ada yang rugi, di eropa penggunaan mesin jauh lebih hemat ketimbang buruh karena biaya buruh jauh lebih besar ketimbang di Indonesia, lalu masyarakat kerja apa? mereka jadi teknisinya, karena mesin tanpa manusia pun is useless
DeleteTapi perusahaan saya dulu malah kebalik loh mas... dulu pakai robot sekarang sudah tidak lagi, karena biaya operasionalnya tambah lebih tinggi
Deletebetul, balik lagi, perusahaan cari untung kan, hehe
Deletebisa jadi dua2nya, anugerah bagi saya karena masih bisa menjalin komunikasi dgn semua sahabat2 yg ada di penjuru indonesia, bisa jadi kutukan kalo suami kebanyakan main coc hahaha
ReplyDeletebetul betul, itulah kenapa teknologi harus penuh pengawasan
DeletePokoknya yg penting bijak dlm penggunaannya
ReplyDeletesependapat
Deleteanugrah bagi industri, dan kutukan bagi mereka yang menyalah gunakan.. buat kita semoga menjadi anugrah :D
ReplyDeletesaya ikut mengamini bang, eh, kutukan buat korban akibat penyalahgunaan teknologi, kalo pelaku saya rasa kena kutukannya belakangan, hehe
Deleteanugerah bagi yg buat, kutukan bagi yg g bisa beli...
ReplyDeleteente jelas mupeng pengen beli sesuatu ya, hahaha
Deletesaya nuga khawatir soal teknologi ini, terutama kalo ntar punya anak, saya ga mau dia ketergantungan teknologi khususnya di hal-hal yang negatif.. kecuali karena teknologi hidupnya makin maju sih gpp..
ReplyDeletesemoga kita bisa jadi memberikan pelajaran yang baik buat para generasi-generasi baru terutama anak kita sendiri, yang terpenting semoga kita bisa memberi teladan yang baik
Deletetergantung niatnya,klo niatnya salah ntar ga diterima amalan'y #eehhhh ^_^
ReplyDeleteAamiin, eh
Deleteanugrah tpi akan jdi kutukan jika trlalu ingin mengikuti, teknologi g ada abisnya, tidak mengikuti ya tenggelam sudah
ReplyDeleteyoi yoi, tetep kudu mengikuti biar ga dikira ketinggalan jaman yo, hohoho
DeleteSependapat sih, Bang. Intinya tetap sama : Tergantung pengguna.
ReplyDeleteYup, tergantung niat msg2
ReplyDelete