Pakai Jilbab Bersertifikasi atau Rebonding

Pakai Jilbab Bersertifikasi atau Rebonding
sumber dari www.sana-sini.com
Cling cling cling, itu suara notifikasi hape yang ada di saku celana saya, isinya heboh sekali, yaitu, skip, eh alay dah. Oke, intinya adalah istri memberi kabar bahwa ada salah satu brand jilbab terkenal yang mengklaim sebagai jilbab halal. Lebih heboh lagi, istri saya membuat pengandaian seperti ini, kalau jilbab itu halal, berarti yang lain termasuk jilbab yang ada keraguan didalamnya, dan itu bisa dianggap haram. Karena jilbab yang halal itu ada dalam golongan jilbab mahal, dan 'menampakkan yang biasa terlihat' itu masih dalam perdebatan, maka istri (sambil bercanda tentunya, atau serius ya? eh) berkata, rebonding masih lebih baik daripada pakai jilbab haram. Ah, sayang bisa saja.

Tapi yang jadi masalah buat saya, yang wanita kenakan, itu bukan cuma jilbab saja, ada baju, celana, dan pakaian-pakaian lain yang tidak perlu saya sebut (KPI sedang galak-galaknya). Apa perlu semua wajib untuk disertifikasikan? dan bagaimana juga nasih pakaian kita sekarang? halal atau haram?

Dari sumber yang saya baca, sumbernya disini, yang disertifikasi halal ternyata kainnya. Kalau memang kainnya yang disertifikasi, berarti brand tersebut. menurut saya, melakukan iklan yang tidak sepantasnya. Karena bukan mereka yang halal, tapi kainnya, lagipula dengan iklan yang mengklaim bahwa mereka halal, itu seperti menyudutkan brand lain dengan mengatakan mereka 'belum' halal.

Baca Juga : Ketika Ada Roller Coaster Di Dekat Panggung Musisi Jalanan

Kita tahu bahwa gula itu halal, tepung itu halal, dan coklat itu juga halal. Seandainya ada panganan yang mencampurkan kesemua produk halal tersebut bersama bahan baku lainnya yang mengandung babi, apakah masih bisa kita sebut makanan tersebut halal? tentu tidak. Eh, analogi ini sepertinya kurang cocok kalau saya sangkut pautkan dengan kasus diatas. Tapi yang mau saya sampaikan, kalau yang halal itu kainnya, lantas tidak perlulah brand tersebut mengklaim kehalalan mereka juga.

Tentang kain yang 'mereka' anggap secara tidak langsung adalah kain yang belum halal. Bukankah untuk mensucikan kain sudah ada caranya, Rasulullah SAW pun sudah mencontohkannya, dicuci, diseret di tanah, dan lain sebagainya. Informasi lebih lengkap bisa cari di Google, sudah pintar pakai google kan? eh.

Mungkin ini hanya bentuk marketing mereka, entah nanti akan semakin dipuja ataupun dihujat, tetap saja, iklan tersebut tetap sukses, karena setahu saya, banyak yang membicarakannya. Hanya tidak elok, karena mereka mengeluarkan produk yang baik (jilbab), setidaknya iklan mereka juga baik atau adem, entah seharusnya bagaimana arti kata baik dalam marketing.

Segitu saja, oh iya, sayang, nanti malam mau malam mingguan kemana? eh.

Comments

  1. hmmm ada apa ini? patut diselidiki
    hmmmm ini kotak komentarnya sudah diberi label halal belum?
    biar hati saya tenang ketika berkomentar

    ReplyDelete
  2. Gula, tepung, dan coklat bisa saja gak halal loh .-. kalau dicuri dari supermarket :p

    ReplyDelete
  3. Ya begitulah. Halal dan haram mudah didewakan. Tapi jarang yang mengharamkan atau menghalalkan hasil pendapatkan kita. Dulu kita kerja benar-benar murni atau dengan uang sogokan. Jika sogokan berarti gajian bulanan kita haram selamanya, Ahm jadi menunjuk hidungku sendiri :)
    Gaya marketing harus berani tampil frontal dan beda agar mudah tersohor dan terkenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo ada yang punya kontak tim marketingnya, bisa deh dishare, ntar blog ane minta diiklanin sama mereka biar makin eksis

      Delete
  4. jiah... bisa aja ya bikin kehebohan kayak gitu, bisa mendorong brand nya banget tuh.. keuntungan ganda.. gw tiru ah.. bikin sertifikasi blog halal

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo udah ada badannya, ane dikabarin bang, mau segera didaftarin, kan asik tuh

      Delete
  5. semua semuanya di sertifikasi. Jadi ribet.
    Setau aku yang halal itu, yang masuk ke tubuh kita contohnya makanan ? Atau kosmetik. yang masuk lewat pori pori. Kalau kain mah, cuma tampak di luar.
    Ga perlu halal / tidak. Kecuali kainnya dari kulit babi, siapa yang mau pakai coba hihii indonesia lucu ya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau lucu bukan indonesianya, tapi bang puput yang komen diatas, dia mah lucu banget

      Delete
  6. Replies
    1. terimakasih bang, akhirnya tulisan ane bisa mencerahkan hidup abang, semoga selalu tercerahkan ye, eh

      Delete
  7. Bruakakaka, kalau gitu besok-besok ada serifikat blog halal.
    Dan blog gue bakalan langsung dikasih fatwa blog sesat dan menyesatkan serta harma untuk dikunjungi oleh MUI.

    Duh :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan cuma dilarang buat dikunjungi, blog ente kena internet positif juga ntar, huahaha

      Delete
    2. Bener, kalau nggak langsung ke redirect ke web mercusuar... huahahaha

      Delete
    3. hahaha, blognya langsung dihapus gitu ya bang, domainnya juga bakal dijual ditokobagus sekalian

      Delete
  8. kalo belinya pake uang curian status halalnya ilang dong haha,, ada-ada saja orang marketing ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. berlaku sama semua produk kan bu, yang jadi masalah, kalo memang niatnya mau mengedukasi semua pengusaha biar pake kain yang halal, atau sekedar sosialisasi ke konsumen, kenapa nggak pake cara lain semisal penyuluhan, seminar dan lain sebagainya

      Delete
  9. hmmm.. ngomongin jilbab jadi inget pas sekolah aktu guru agama saya memarahi siswi yg gak berjilbab.. sekarang malah siswi itu jilbaban terus.. eh gak nyambung yah, hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin waktu dimarahin, kamu sama dia masih TK, sekarang dia udah gede, pake jilbab terus deh

      Delete

Post a Comment

Komentar kamu apa?