Karapan Sapi menginspirasi Dunia

sumbernya lupa bos

Sebagian orang mungkin akan sedikit memandang sebelah mata terhadap Madura. Tapi tahukah anda, tidak bagi Slavche Tanevsky dan para desainer lain dari Audi dan Lamborghini. Mereka membuat desain sebuah mobil Lamborghini yang sangat istimewa yang rencananya akan dilepas tahun 2016. Ferruccio, pemilik dari Lamborghini yang memang telah terkenal sebagai pecinta banteng menamakannya Lamborghini Madura, Kenapa? Ferruchio mungkin sangat terkesan dengan kekuatan dan kecepatan sepasang sapi yang melaju cepat dilintasan panjang dan karena itulah dia terinspirasi. Buat kawan-kawan yang belum tahu tentang karapan sapi, simak pembahasan berikut.

Sejarah Karapan Sapi dan pengertiannya

Karapan sapi sudah membudaya dan mendarah daging bagi orang Madura. Setiap ajang perlombaan karapan sapi pasti dipenuhi oleh penonton tanpa batasan usia, secara langsung saya tidak pernah menyaksikannya, tapi dari gambar-gambar semuanya telah menunjukkan betapa karapan sapi memang merupakan budaya leluhur yang masih awet diminati oleh banyak kaum muda.

Karapan atau karapan sapi sendiri adalah lomba pacuan sapi. Ada dua versi mengenai asal usul nama karapan. Versi yang pertama mengatakan bahwa istilah “karapan” berasal dari kata “kerap” atau “kirap” yang artinya “berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong”. Sedangkan, versi yang lain menyebutkan bahwa kata “karapan” berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti “persahabatan”. Karapan sapi sendiri memiliki filosofi yang sangat mendalam, bisa kita bayangkan kesulitannya ketika yang kita atur adalah dua sapi, maka dari itu disebut kerapan (versi pertama) adalah sapi yang dilepas secara bersamaan atau kata lain berpasangan. Oleh karena itu para tetua dan budayawan Madura menyebutkan bahwa filosofi dari kerapan sapi adalah bagaima ketika pikiran dan perasaan menjadi satu. Mmmm...saya berpikir sejenak, ya, mungkin karena dengan begitu sapi-sapi tersebut memiliki satu tujuan yang sama, tidak berbelok kearah yang berlawanan dan juga seirama kecepatannya.

Selain istilahnya yang memiliki dua versi, asal muasal dari karapan sapi juga ada dua versi (Pembaca yang bijak, dimohon komentar ya, menurut anda sejarahnya yang benar itu seperti apa). Berikut sejarah dari berbagai sumber yang saya kumpulkan.
versi 1: Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. kerapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Polay adalah dengan menggunakan sapi. Lama-kelamaan, karena banyaknya para petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat mereka untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang disebut kerapan sapi.
versi 2: Asal mula karapan sapi menurut cerita rakyat Madura dimulai oleh seorang ulama penyebar agama Islam bernama Syech Ahmad Baidawi yang dikenal dengan sebutan Pangeran Katandur yaitu putra Pangeran Pakaos, cucu Sunan Kudus. Selain menyebarkan agama Islam, Pangeran Katandur juga ahli bercocok tanam dengan mengajarkan penduduk setempat cara membajak tanah yang disebut nanggala atau salaga yaitu menggunakan 2 bambu yang ditarik 2 ekor sapi. Kemudian lambat laun banyaknya petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya sehingga secara bersamaan timbullah niat untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Akhirnya, perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olah raga lomba adu cepat yang disebut kerapan sapi.
Perlombaan karapan sapi

Perlombaan ini diikuti oleh sepasang sapi kerap (istilah untuk sapi yang dikhususkan untuk ajang kerapan sapi). Selain itu terdapat kaleles, yaitu sarana pelengkap untuk dinaiki oleh “tukang tongko” (Joki dari kerapan sapi). Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan “pangonong” pada leher-lehernya sehingga menjadi pasangan yang satu. Saat perlombaan, sapi-sapi ini juga butuh untuk digeber ketika lampu hijau tanda dimulai menyala (wah, dah kayak balapan internasional ya, bagian yang menyebutkan lampu hijau tanda dimulai adalah informasi bohong belaka, red.), nah yang bertugas menggeber tersebut adalah tukang gettak. Ada juga tukang tonja yang bertugas menuntun dan menarik sapi kerap. Uniknya, pada perlombaan ini ada juga pihak yang bertugas memberi semangat sapi-sapi kerap yang bertanding, mereka disebut tukang gubra.

Sebelum dimulai, sapi kerap tersebut diarak mengelilingi arena pacuan diiringi gamelan madura (saronen) yang dimainkan sekelompok pria berpakaian warna-warni khas Madura. Semua sapi kerapan akan diarak memasuki lapangan sebelum berlomba sambil memamerkan pakaian, hiasan, dan gantungan-gantungan genta di lehernya. namun pada saat perlombaan, hanya asesoris yang tidak mengganggu gerak saja yang masih dibiarkan melekat, yang lainnya dilepaskan.

lupa sumbernya bos
Dengan perawatan yang maksimal seperti jamu dan makanan yang spesial, sapi-sapi kerap tersebut memiliki performa yang sangat menakjubkan, kecepatan puluhan kilometer per jam merupakan hal yang wajar ketika sapi-sapi kerap mulai berpacu menggeber larinya dilintasan (Wow). Berdasarkan sumber lain yang saya dapatkan, bahwa rekor tercepat yang pernah dicapai dalam kerapan sapi adalah 100 meter per 9 detik, pantas jika kini Lamborghini terpukau oleh kerapan sapi.

Dari Madura, karapan sapi telah memukau dunia dan menginspirasi dunia. Kekuatan budaya madura yang sangat patut kita acungi jempol dan banggakan. Hingga kini masih banyak pemuda-pemuda yang ikut melestarikannya dan ikut andil dalam lomba karapan sapi, mereka terlihat begitu asyik dengan budaya mereka. Bagaimana dengan budaya yang lain kawan, saya tidak menunjuk satu budaya pun tapi terlihat miris ketika penerus budaya dari asal budaya bersangkutan tidak ingin meneruskannya. Wah, jadi berceramah nih,   intinya, banggalah kita dengan mencintai budaya kita, jangan bangga ketika orang asing mampu menirukan budaya kita sedangkan kita hanya tepuk tangan menyaksikannya.

Dari Madura, telah menyilaukan mata Dunia dengan permata yang lebih berharga berlian, budaya daerah, Karapan Sapi. Sekian.

Tulisan berita ini juga untuk ikutan kontes yang diadakan oleh plat-m.combloggernusantara.com dan idblognetwork.com. Salam blogger Jombang.

Comments

  1. cool..Madura bsa berbangga karna hal ini..

    ReplyDelete
  2. tpi jangan sampek tinggi hati kawan..

    ReplyDelete
  3. tapi mobilnya ntar jgn ditusuk2 paku kayak sapi kerap ya...

    ReplyDelete
  4. hehehe..pastilah, eman lek jare ku..

    ReplyDelete
  5. Mudah-mudahan Karapan Sapi ini bisa Menduniakan Madura :)

    ReplyDelete
  6. menduniakan yg positif om...semoga

    ReplyDelete
  7. saya hanya satu kali lihat karapan sapi di piala kresidenan..

    ReplyDelete
  8. baru sekali ya? duh duh, saya saja piala yang paling kecil sekalipun belum pernah lihat kawan, hehe..

    ReplyDelete
  9. budaya nasional klo ane ngatainnya kawan...

    ReplyDelete
  10. Biar pun saya belum pernah liat karapan sapi, gag ada salahnya kita melestarikan budaya bangsa..

    Ditunggu kunjungan baliknya..
    Salam Galery Zone

    ReplyDelete
  11. salam juga kawan, ya, biar di internet penuh konten positif tentang indonesia..

    ReplyDelete
  12. Semoga sukses ya ngikutin lombanya... :)

    ReplyDelete
  13. nice post,

    wah....... kalau jadi ini pasti unik dan jempolan bangeeeettt..
    untuk paket perjalanan ke sumatera barat silahkan kunjungi balik ya, rasakan juga bagaimana serunya balapan sapi khas orang minang.

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar kamu apa?