Rumah Kuning di Pulau Garam


Pulau garam? Dimana lagi kalo bukan Madura. Garam merupakan hampir produk lokal yang tersebar diberbagai penjuru daerah. Madura sendiri bisa berarti sebuah suku, bahasa, budaya, adat, daerah, dan pulau. Madura hampir kita kenal dengan berbagai sisi positif dan negatifnya. But however, disini kisah rumah kuning dimulai.


Tepat tahun ketiga gerombolan anak nakal yang dulu tinggal terpisah akhirnya sepakat untuk tinggal serumah (bukan sepakat kumpul kebo lho). Kami (bang jek, giso, ureh, gundul, gendut, muk, apan dan isam) memulai pencarian di daerah sekitar kampus tempat kita mangkal didalam kelas mengintai dosen dan mahasiswa lain untuk diterkam (wuahahaha..). Setelah sebulan, akhirnya dapat juga sebuah rumah sederhana dengan view sawah yang kuning gersang dan tumpukan sampah yang bertebaran disana-sini (rumah idaman bukan).

Aktivitas mereka? Bangunnya pasti kesiangan, kuliah juga jarang mandi, masuk kelas pun jadi sering telat, tapi tetap berprestasi lho (jura molor paling lama sedunia, wkwkwk). Malamnya gimana ya? sama juga, touring layaknya geng motor menguasai semua bahu jalan (kalo ada truk tinggal bismillah aja dah), kongkow di pelabuhan dengan view kota seberang samudra yang sedang menyala terbakar panas lampu-lampu gedung. Di pelabuhan gundul tak bosan-bosan menjadi pembicara dengan gelak tawa yang mengundang penyakit mual buat yang mendengar caranya tertawa (meskipun penasaran, sangat direkomendasikan untuk tidak usah mencoba mendengarnya tertawa, SERIUS!!!).

Penghuni rumah kuning ini juga merupakan tim futsal yang disegani di jagat raya, kalo maen futsal di Socah. Lokasinya terletak diatas gunung, membutuhkan waktu semalaman untuk mencapainya. Lapangannya kualitas jempolan lho, punya salah satu petinggi kampus.

Selain urusan kongkow, untuk urusan perut, si anak nakal dari Rumah Kuning ini paling suka kalo makan porsi besar. Buat yang kebetulan sekampus ama mereka dan butuh porsi besar, ni dia restoran yang recomended banget. Sakir atau Sakera atau Sapakira, Harga murah, porsi kuli dan rasa yang lazziz menjadikannya nomer satu dikampus (dapet rumah kuning award lho). Yang kedua nih, Restoran depan Bank Rakyat Indonesia di Kamal, menu Nasi goreng jadi pilihan utama dengan porsi kuli dan rasa maknyos, soal harga? mahasiswa banget dah. Yang ketiga nih, sekaligus tempat ngopi selain pelabuhan yang udah disebut diatas, nama tempatnya Cafe Pak Stu di Perum Kamal, minuman yang lazziz dan menu makanan nasi goreng dan tahu tek dari warung tetangga juga bisa dipesan.

Sementara menulis, dari kejauhan tampak benda kecil melayang menuju kearah penulis, semakin lama semakin besar dan tampaklah bahwa benda itu adalah sapu ijuk. Pletak!!! duh duh...udah ya kawan pembaca setia BeritaBangsa, saya lupa kebagian waktu nyapu. Oia, tulisan ngawur ini buat ikutan kontes, (tapi based on the real and true story lho).

Sekian laporan presenter Heru dari Rumah Kuning di daerah perumahan sekitar Universitas Trunojoyo Madura dan terimakasih jika anda ternyata masih betah dan bisa membaca hingga akhir cerita. Semoga anda terhibur ataupun tersiksa, karena dengan begitu berita ini tidak termasuk kategori garing. (...)

Powered By Komunitas Blogger Madura | Plat-M

Comments

  1. Keren kok!!
    Berbeda topik dengan teman-teman yang lain,
    ditunggu komentarnya di http://wahyualam.com

    ReplyDelete
  2. suwun suwun...

    Kapan nih hasilnya keluar?

    ReplyDelete
  3. nggak dibikin jadi cerpen aja om?

    ReplyDelete
  4. maunya kawan, cuma inspirasi jalan ceritanya kurang...

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar kamu apa?