Pesta Ulang Tahun Ratu Yang Sepi

diambil dari addapinch.com

Kemarin istriku berulang tahun yang ke 24, tapi hampir tidak ada kesan buatnya, yah, saya cuma bisa kasih ucapan selamat ulang tahun. Tidak ada kado, kue ulang tahun, apalagi pesta kembang api meriah, persis waktu tahun baru kemarin di kota tempat kami tinggal, sepi karena hujan deras, kasihan mereka yang sudah menyiapkan knalpot motornya untuk meledakkan jalanan-jalanan kota.

Sedikit saya cerita, istri saya ini di rumah, melakukan tugas mulia seorang istri dan seorang ibu, sambil berdagang toko kelontong yang belum ada sebulan ini kami jalankan atas usul keluarga, karena kami memang tinggal di perumahan yang masih baru. Jadi mumpung masih ada peluang, kami manfaatkan. Kalau soal kerja, istri tidak saya bolehkan untuk bekerja kantoran diluar, tapi banyak godaan dan iming-iming.

Sekarang istri saya punya kesibukan baru, menghitung hasil dagangannya setiap malam. Katanya dia pusing, menghitung uang belanjaan diakhir bulan, karena semenjak ambil rumah KPR, kami harus belajar hidup lebih hemat. Dengan jualan, kami banyak tertolong, tapi katanya, 'Hitung yang ini, hitung yang itu, yang satunya lagi, diputar-putar untuk ini dulu, itu dulu, diputar-putar lagi, akhirnya ikut mutar-mutar kepalanya'. Saya ketawa sayang, meski agak sedikit miris, hehehe.

Kemarin malam, ada teman datang, mau membicarakan proyek toko online-nya yang minta bantuan saya untuk dibuatkan situsnya. Saya pernah bekerja freelance, tapi baru dua saja yang saya buat, situs sebuah Guest House ternama (biar keren) di Malang, dan usaha kuliner di Jombang, tapi itu sudah lama, kedua situsnya pun sudah expired. Terakhir saya membuat sistem online bersama tim untuk instansi pemerintah Provinsi. Saya mau coba memulai lagi, ada yang berminat? (Ini bukan tulisan yang bertujuan untuk promosi terselubung ya.)

Kembali ke laptop.
Rasanya saya terlalu keluar jalur dari judul diatas, malah jadi bercerita seperti orang curhat saja, haha. Buat istriku, pasti capek ya, tiap hari bangun pagi buta mempersiapkan makan dan bekal saya di kantor. Saya kalau berangkat kerja itu pukul setengah 6 pagi, karena rumah di Jombang, kerjaan di Surabaya. Belum lagi saya pulang pukul 8 malam, dan itupun kamu belum makan karena menunggu suamimu ini.

Tapi dihari yang istimewa, malah ulang tahunmu terasa sepi, cuma sore hari kita bertiga jalan-jalan ke alun-alun kota sambil menikmati gorengan dan balon doraemon yang selalu diteriak-teriaki Ibra, adakah itu manis buatmu, maaf ya sayang. Mungkin dulu kamu suka dengan puisi-puisi, ini saya buatkan satu lagi untuk ulang tahunmu.

Sang Ratu terlelap lebih larut,

gelisah menanti tengah malam istimewanya,

bukan kembang api,

yang merah kuning menyala,

bukan juga kue coklat,

yang manis tinggi meleleh.

Malam itupun kau tidur,

hingga esoknya pun sama,

dan masih sama,

tidak ada yang berbeda,

esoknya lagi mungkin.

Ini kadoku masih disini,

tidak ada selotip pembukanya,

tidak ada kertas kado,

seperti yang biasa kau buat untukku,

tidak pula kartu ucapan.

Kalau juga belum kau lihat,

dengar saja,

bersama ucapan selamat ulang tahun,

ditengah malam ketika kau berpesta,

bersama peri mimpi,

ketika bibirku berbisik perlahan,

dan pelan mengecup keningmu.

Maaf sayang,

seharusnya terimakasihku tak cukup ucapan,

biarlah ini jadi hutang,

kutebus lebih manis.