Musim Sekolah di Desa Pangbatok

Musim penghujan menjadi berkah tersendiri untuk petani didesa pangbatok yang mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani. Strata ekonomi masyarakat pangbatok rata-rata menengah kebawah dengan penghasilan minim dan mutu pendidikan yang rendah. Akan tetapi kesenjangan ekonomi tidak menjadi penghalang masyarakat pangbatok untuk menghimpun rasa persatuan dan semangat gotong-royong yang menjadi ciri khas pribadi masyarakat, terutama disaat bulan maulid nabi seperti saat ini.

Desa pangbatok merupakan desa yang letaknya berada di perbatasan antara kabupaten pamekasan dan kabupaten sampang dengan jumlah 180 kepala keluarga dari lima dusun yang ada. Todungih, Batu Ampar, Karang Duwak, Kobasanah dan Dang Lebar merupakan kelima dusun tersebut.

Rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir masyarakat terutama dalam penerimaan teknologi baru yang berhubungan dengan peningkatan mutu hasil pertanian yang tidak sesuai dengan target. Masyarakat desa mengenyam pendidikan sampai ditingkat SD, dan sedikit sekali yang meneruskan pendidikan ke tingkat SMP dan SMA. Banyak pemuda didesa ini merantau setelah lulus sekolah tingkat pertama (SMP) dan perempuan didesa ini pun banyak yang tidak tuntas sekolah, oleh sebab itu tingkat buta aksara di desa ini cukup tinggi.

Selain strata ekonomi yang menjadi penghalang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, fasilitas pendidikan yang ada hanya terdiri dari dua SD dan dua pondok pesantren. Sedangkan SMP dan SMA berada jauh dari desa pangbatok, jarak dan besarnya biaya menjadi salah satu faktor penghalang untuk meneruskan pendidikan. SD pangbatok 1 dan SD pangbatok 2 memiliki jumlah siswa ± 200 siswa.

Sedangkan pondok pesantren yang ada yaitu Ar-rozak yang terletak didesa todunge dan Ar-rosyd didesa batu ampar, pondok pesantren ini memiliki madrasah dengan jumlah siswa sebanyak 175 siswa dan tenaga pengajar yang berasal dari santri pondok dan tenaga pengajar bantu dari luar desa.

Namun adanya fasilitas pendidikan ini tidak mengubah pola pikir masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Masyarakat terdoktrin untuk mendapatkan fasilitas yang sangat murah dan pendidikan tanpa biaya, sehingga minat anak-anak dusun batu ampar khususnya terhadap sekolah minim sekali. Sebagian besar usia anak-anak berada didusun batu ampar, banyak usia balita yang selayaknya dapat mengeyam pendidikan usia dini (PAUD) ataupun taman kanak-kanak (TK), namun pada kenyataannya tak satupun fasilitas pendidikan PAUD/TK tersedia.

Tingginya tingkat usia anak-anak didesa pangbatok dikarenakan tingkat usia pernikahan dini dan poligami juga tinggi. Hal ini disebabkan adanya satu paham turun temurun yang melekat di desa pangbatok, dahulu kala ada riwayat bahwa menikah lebih dari satu itu sangat dianjurkan untuk memperpanjang usia lelaki, oleh sebab itu didesa ini banyak warga yang menikah lebih dari satu bahkan minimal menikah empat kali.

Tulisan oleh kelompok 10 KKN UTM 2012

Comments