Mahasiswa, tulisan dan koran

Mahasiswa, sebutan ini terkadang terdengar penuh dengan idealisme, sosok yang mudah terpicu oleh provokasi, dan sekarang ini lebih identik dengan unjuk rasanya kepada pemerintah. Secara umum mereka adalah orang yang tengah menempuh pendidikan disebuah universitas ataupun perguruan tinggi. Dalam sejarahnya, mahasiswa tidak hanya bergerak dan memajukan ilmu pengetahuan eksak dengan berbagai penelitiannya, membantu masyarakat dibidang pembangunan dan sosialisasi penyuluhan terhadap kalangan masyarakat tertentu, mereka juga sering ikut andil dalam pergejolakan suatu bangsa dan pemerintahan, sebut saja penurunan presiden Soeharto pada zaman orde baru.

Dari berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar mahasiswa tersebut, tidak ada sedikitpun yang tidak tersentuh oleh mereka, baik ekonomi, agama, politik, bahkan kekacauan diluar negeri. Sering kali mereka membuat analisis dan pendapat yang kemudian disampaikan lewat unjuk rasa, namun sekarang siapa yang mau mendengarnya?

Di zaman yang serba teknologi, banyak media buat mahasiswa menyampaikan pendapat-pendapat mereka, secara tidak langsung peliputan televisi menjadi media mereka juga. Berita di koran-koran, internet dan media lainnya. Namun kelemahan justru terletak dari penyampaian si media yang terkadang tidak menangkap isi unjuk rasa tersebut, dan terkadang malah memberi kesan yang negatif terhadap mahasiswa itu sendiri terutama jika berakhir anarki.

Jika sudah begitu, niat baik pun akan menjadi bumerang buat mahasiswa, pandangan masyarakat saat ini hanya melihat mahasiswa sebagai sosok yang mudah meledak, berkoar-koar tanpa alasan. Walaupun dilain pihak, ada juga mahasiswa yang berdedikasi terhadap masyarakat, melakukan pengabdian yang nyata. Tapi apakah itu dirasakan oleh semua masyarakat?

Kelemahan ada pada penyampaian pendapat itu sendiri. Bagaimanapun masyarakat tahu mana yang bermoral dan tidak, konten dari pendapat belum tentu ditangkap oleh pihak lain jika penyampaian saja sudah tidak penuh estetika. Hasil akhir justru menjelekkan citra mahasiswa yang tentunya akan meluas dan berdampak panjang, ditambah dengan sikap mahasiswa yang sering diberitakan media dengan berbagai aksi rusuh mereka.

Jalan terbaik yang mungkin bisa ditempuh untuk berpendapat saat ini adalah dengan tulisan, namun tetap dengan aturan yang berlaku. Masih ingat dengan kejadian yang menimpa seorang ibu rumah tangga yang komplain terhadap Rumah Sakit tempatnya dirawat, ujungnya beliau dipenjara karena tuntutan pihak Rumah Sakit karena komplain tersebut dipublikasikan secara umum.

Mungkin tidak ada yang bebas sebebas-bebasnya, tapi yang terpenting maksud dan tujuan pendapat tersebut disertai tanggung jawab dan punya arti yang membangun. Karena bisa saja dari opini tersebut kita membangun kepribadian orang lain, membangunkan naluri sosial mereka yang mati, atau bahkan membuat gejolak baru yang positif.

Koran? tepat seperti judul diatas, koran tidak lain tidak bukan adalah media. Walaupun banyak media tulisan seperti blog namun untuk opini yang satu ini, koran adalah tempat yang tepat. Alasan utama adalah karena koran adalah bacaan segala kalangan, tidak ada ilmu khusus selain membaca untuk dapat menggali informasi didalamnya. Target pembaca yang mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas yang menjadikannya eksklusif dan tidak tergusur teknologi.

Opini yang membangun dari mahasiswa secara tidak langsung juga membangun citra mahasiswa yang kritis, agen dari perubahan dan kontrol sosial. Lewat media kita menunjukkan bahwa mahasiswa selain berbuat rusuh ada juga yang berpikiran maju dan peka namun terhormat penyampaiannya.

Dari situ jelas bahwa mahasiswa yang bertitel "maha" pelajar benar-benar dapat memanfaat apa yang dipelajarinya dengan berpendapat. Pendapat disini dalam banyak hal, bisa dengan pendapat tentang gejolak pemerintahan, olahraga, pendidikan, atau bahkan pendapat teknologi, berupaya menciptakan pemikiran baru dengan teknologi rancangan sendiri, memberi soluso berbagai masalah.

Tulisan bisa menjadi pemicu yang tepat buat suatu pergejolakan, terlebih jika ada debat yang tercipta. Tulisan bisa menjadi suatu aksi mahasiswa yang tidak anarki namun punya ruang lingkup yang lebih luas daripada teriakan di Istana Negara. Tulisan bisa menjadi pedang yang tajam, karena kata-kata merupakan asal bahasa.

Mahasiswa, merupakan aktor yang sangat tepat dalam berpendapat. Mereka punya banyak solusi alternatif yang terkadang bisa menjadi jalan keluar dari suatu permasalahan besar. Interaksi mereka yang langsung berada ditengah masyarakat yang merasakan dampak langsung suatu perubahan, ruang lingkup pendidikan yang lebih kritis dan penuh kompetisi menjadikan nilai lebih dalam cara berpendapat mereka serta sudut pandang yang mereka ambil dalam berpendapat.

Dengan begitu mahasiswa lebih mampu berpendapat dengan tulisan mereka di koran. Pemikiran yang berbeda dan ruang lingkup media koran yang luas pasti mampu membawa pendapat mereka muncul kepermukaan.

Comments

  1. Betul mass, dari pada nganggur di rumah mendin kita buat tulisan truz kasih masuk di koran..

    ReplyDelete
  2. yup, bener banget tu,temen2 ane bikin tuh komunitas kayak jurnalistik gitu tapi gk itu aja, alamat situs nya di http://redaksikopi.blogspot.com/
    baru buka hari ini...hehe

    ReplyDelete
  3. Enak aja Om... Hehehe... Yup, sbg generasi muda, mari rekam sejarah melalui tulisan..... Write for your life!

    ReplyDelete
  4. Selain menulis opini tentang sosial, ekonomi, politik, dsb, mahasiswa juga bisa menulis paper tentang ilmu atau penemuannya yang bermanfaat.

    ReplyDelete
  5. yup, semoga pelajar indonesia bisa mengabdi secara nyata terhadap masyarakat...

    ReplyDelete
  6. mahasiswa, masa depan bangsa :D
    nice post

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar kamu apa?